Sabtu, 23 Juni 2012


Welcome To Palembang City
Gemerlap Kota Wong Kito


“Bergiat dan berbenah. Dua kata untuk menjuluki kota Palembang saat ini. Hidup lampau dengan image kriminalitas tentang kota tak aman, kini wilayah yang dikembangkan taman-taman komunitas tersebut ramai aktifitas positif. Kawasan hijaunya menggugah tentang kota Palembang yang panas menjadi kota yang rimbun. Dan kemilau di malam hari.”



Kumuh, kusam, dan rawan, kini tak nampak di sepanjang pangkal jembatan Ampera, sungai Musi. Kesemrawutan mula diubah menjadi keteraturan. Tujuannya tak lain guna memunculkan kota Palembang yang manusiawi. Adalah Ir. Eddy Santana Putra yang mengubah kota Palembang saat ini dengan pukulan aksi satu periodenya membenahi kota yang semrawut dan kumuh menjadi tertib. Di periode kepemimpinannya yang kedua, ia meluaskan pembangunan penyangga kota Palembang. Semula tak dilirik, kini berbondong investor lokal dan asing datang ke kota Pempek tersebut.


Tahun 2003, Pasar 16 Ilir yang kumuh dan jorok disulap menjadi taman kota yang hijau dan bersih dan merelokasi pedagangnya ke wilayah Jakabaring. Wilayah-wilayah sepanjang pangkal jembatan Ampera sungai Musi ditertibkan menjadi kawasan wisata lokal yang nyaman. Tahun 2007 – 2008, kota Palembang menyandang predikat kota Adipura. Tahun 2005 silam, padahal kota Palembang menyandang predikat kota terkotor. Langkah-langkah pemerintah kota diambil berdasarkan evaluasi tentang kota yang manusiawi bagi warganya. Hingga di tahun yang sama pula, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mendukung upaya pembangunan kota Palembang sebagai Kota Wisata Air, layaknya konsep wisata di kota Bangkok, Thailand dan Phnom Pehn, Kamboja.


Kawasan Benteng Kuto Besak pun tak luput dari pembenahan. Kesemrawutannya berkurang. Yang ada sekarang adalah kawasan wisata sungai Musi yang dikunjungi setiap harinya oleh warga lokal dan luar kota Palembang. Beberapa sarana pun terbangun, dari dermaga kapal wisata hingga pusat jajanan kakilima. Di areal Benteng Kuto Besak atau lebih dikenal BKB, dibangun panggung permanen yang kerap digelar event-event berskala lokal, nasional dan internasional.


Ada dua fasilitas transportasi yang terkenal dibuat di BKB. Kecintaan akan kuliner lokal serta potensi sungai Musi sebagai kawasan wisata andalan, membuat Dinas Pariwisata Kota Palembang dan pihak swasta antusias membuat resto kambang sekaligus menyediakan kapal pesiar resto. Dinas Pariwisata kota Palembang menyediakan kapal pesiar Putri kembang Dadar berkapasitas maksimum 120 orang. Menawarkan harga tiket sebesar Rp 70 ribu per orang dan Rp 6,5 juta untuk tarif charter,  rute wisata yang dilalui adalah: Rumah Rakit – PT. Pusri – Pertamina – Daerah Bagus Kuning – Mesjid Lawang Kidul – Mesjid Ki Merogan – Benteng Kuto Besak – Pulau Kemarau. Pelayanan jasa kapal pesiar dibuka hari Sabtu, Minggu, atau hari libur nasional.


Rute yang sama juga dilalui oleh kapal pesiar milik restoran Riverside. Memiliki dua opsi tempat berkunjung di tempat tersebut, Riverside menawarkan masakan khas Palembang yang serba ikan itu. Menempatkan areal di sisi sungai Musi, view yang ditawarkan tentunya pemandangan sungai Musi dan sekitarnya. Panoramanya akan lebih indah di waktu malam dengan taburan cahaya lampu yang dikelola dinas penerangan kota Palembang yang tujuannya memang untuk memperindah kota Palembang, guna menyemarakkan Visit Musi 2011 lalu. Sejurus lalu, konsep wisata yang dikembangkan di sepanjang sungai Musi dari pangkal jembatan Ampera sudah berjalan dan berfungsi baik, pada malam harinya, wisata kuliner sungai Musi terletak di pasar 16 Ilir. Deretan warung tenda dimana pusat jajanan kaki lima yang disediakan oleh dinas perdagangan kota Palembang, menyajikan berbagai menu makanan yang dapat dinikmati sambil menyelami pemandangan Musi di waktu malam. Konsep pusat jajanan kaki lima ini menyangga wisata Musi.


0 komentar:

Posting Komentar